Sejak didiagnosa PCOS pada tahun 2012, saya sangat khawatir apakah saya akan hamil dan memiliki anak suatu saat nanti. Kekhawatiran saya semakin menjadi saat saya bergabung dalam sebuah grup di Facebook, yang membernya merupakan pejuang PCOS dan belum berhasil hamil. Padahal saat itu saya belum menikah, namun rasa khawatir itu terus membayangi saya.
Haid tidak teratur memang sudah menjadi bagian dari siklus bulanan saya. Sekira 2 hingga 3 bulan saya bisa tidak haid. Ada banyak cara untuk mengendalikan syndrome ini, namun saya masih belum mampu untuk taat, apalagi merutinkannya.
Hingga saat saya akan menikah, kekhawatiran itu muncul kembali. Saya sampai bertanya kepada calon suami saya saat itu, apakah tetap bersedia menikah dengan saya dikarenakan keadaan saya yang "mungkin tidak akan pernah hamil atau punya anak". Karena saya tidak mau ada penyesalannya dibelakang hari. Syukurnya calon suami saya tidak mempermasalahkan hal itu. Ia mengatakan bahwa anak adalah hak Allah, kami hanya bisa berencana.
Hingga akhirnya hari pernikahan saya tiba. 3 minggu sebelum menikah, saya mengonsumsi obat hormon untuk memperbaiki siklus haid saya, yang saat itu sudah 2 bulan tidak haid. Lalu, di minggu kedua menikah, saya haid "karena minum obat" yang dipaksa keluar.
Setelah haid dan menghitung masa subur, saya berharap dapat langsung hamil di bulan pertama menikah. Ada perasaan percaya diri yang sangat kuat. Saya seperti merasakan banyak hal aneh di tubuh saya, seperti perut menegang, payudara pun juga.
Tapi hasil testpack menunjukkan bahwa saya belum berhasil hamil. Ada 3 merek testpack berbeda yang saya coba gunakan, namun hasilnya nihil.
Lalu karena merasa sangat kecewa, saya dan suami implusive datang ke dokter specialist fertility dan dengan yakinnya mengatakan akan program kehamilan dengan beliau. Saya saat itu tidak memperkirakan berapa biaya untuk program, karena dalam pikiran saya hanya saya harus hamil.
Ternyata, keuangan jugalah yang mengalahkan ego saya. Karena ternyata banyak sekali test yang harus saya dan suami jalani, untuk mengetahui dimana letak kesalahan kami. Jika dikalkulasi, biaya untuk program kehamilan dari awal hingga kemungkinan berhasil hamil, sekira 30juta rupiah. Saya dan suami langsung angkat bendera putih. Dan mulai pasrah dengan takdir.
Pada bulan kedua, ketiga, hingga keempat pernikahan, saya hanya 1 kali mendapati haid, di bulan september 2019. Saya sudah membiarkan kondisi saya seperti itu. Karena sesungguhnya tubuh saya sangat fit, tidak mudah lelah. Tapi syndrome PCO ini mengacaukan siklus haid saya.
Lalu, di bulan October, saya iseng mencoba terapi Jeruk Nipis ala Dewi Yull yang saya tonton di channel YouTube beliau. Mengonsumsi jeruk nipis setiap hari dengan porsi yang berbeda, selama 2 minggu.
Rasa kecut yang luar biasa dari jeruk nipis seperti hambar saja bagi saya. Meneguk 1 gelas air Jeruk Nipis dalam 1 tegukan tanpa nafas. Saya tidak ngoyo sih akan berhasil, tapi apa salahnya mencoba.
Sampai di bulan November, suami mulai mengingatkan sudah berapa lama tidak haid? Saya hitung sudah hampir 3 bulan. Namun saya tetap membiarkan, dan masa bodoh. Walau dalam hati ada rasa khawatir, apakah saya menopause dini?
Segala aktifitas masih saya lakukan seperti biasa. Rasa lelah saya bayar dengan tidur seharian. Rasa penat saya bayar dengan berwisata dengan suami.
Saat berwisata ke daerah gunung di daerah kami, saya yang biasanya nggak pernah mabok perjalanan, eh malah pusing dan mual sepanjang 2 jam perjalanan. Saya tutupi wajah saya dengan jacket, dan balur tubuh saya dengan minyak angin. Rasanya sangat aneh.
Di area tempat wisata juga saya kurang bersemangat. Rasanya ingin duduk saja, atau jika ada kasur saya memilih tidur. Hingga pulang saya merasa sangat lelah dan tidak berenergi.
Lalu, tibalah suatu pagi di tanggal 22 Desember 2019. Saya merasa sangat mual pagi itu. Sedangkan saya ada kegiatan seperti biasa. Saya minum teh manis dan obat sakit kepala untuk meredakan rasa pusing dan mual. Namun sementara saja. Beberapa saat kemudian saya tetap saja mual.
Saya sampaikan kepada Mama, dan Mama saya nyeletuk, "nanti hamil?" Lah saya juga kepikiran seperti itu, tapi saya takut PHP. Apalagi saya sudah nggak haid dari bulan September, mana mungkin hamil jika tidak haid
Stock testpack saya saat itu sudah habis. Akhirnya saya pesan testpack merk Akurat melalui aplikasi Halodoc. Setelah testpack tiba, saya langsung test dan hasilnya, dua garis merah.
Saya gemetar, antara nggak percaya tapi dua garis merah terpampang nyata. Saya langsung memberitahu Mama, dan Mama pun nggak kalah histerisnya.
Saya langsung khawatir, apakah saya benar hamil? Belakangan saya tidak menjaga makanan saya sama sekali, kasihan anak saya kalau saya beneran hamil. Aktifitas saya terlalu menguras energi beberapa waktu terakhir.
Malam hari, saya, suami dan Mama pergi ke dokter kandungan untuk memastikan apakah saya memang mengandung buah cinta kami. Setelah di USG, saya dinyatakan positive hamil usia 6 minggu 1 hari. Rasanya, masya Allah tak terbayangkan. Ada anak baik yang sedang berkembang dalam rahim Maminya.
Suami saya sangat bahagia, begitupun Mama. Kami yang sudah ikhlas seandainya saya tidak bisa hamil, merasakan sukacita yang sangat mendalam. Rasanya seperti, ahh Tuhan mengabulkan doa saya yang kurang khusyuk ini
Saat ini, sekarang ini saya merasakan mual dan muntah yanh sungguh hebat. Berdiri saja saya oyong. Bawaannya laper terus tapi mual. Semua saya nikmati sebagai perjalanan hamil yang selama ini saya idamkan. Meskipun bentuk dan rupa saya sangat tidak aesthetic saat ini, namun saya sangat bahagia.
Doakan ya, anak baik di rahim saya ini tumbuh dengan sehat sempurna tanpa kurang satu apapun. Saya pun berusaha memberikan nutrisi yang terbaik baginya. Saya menuliskan ini sebagai pengingat bahwa ketakutan saya bertahun-tahun lamanya, tidak terbukti. Ternyata pejuang PCOS seperti saya bisa hamil dengan izin Tuhan.